banner 728x250

Muslim Xianjiang di Batasi Berpuasa Ramadhan

Muslim Xianjiang di Batasi Berpuasa Ramadhan

Trendingpublik.Com, BEIJING – Aturan yang membatasi umat muslim untuk menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan di wilayah otonomi etnis Uighur di Xinjiang, China (XUAR), telah dikurangi dalam beberapa tahun terakhir.

Meski demikian, menurut, warga Uighur dan Muslim banyak warga yang masih menahan diri untuk melakukanya, menunjukan adanya kekhawatiran mereka akan dinilai sebagai ekstrimis dan ditangkap.

Selama bertahun-tahun, warga Uighur dan Muslim Turki lainya di XUAR telah dilarang menjalankan puasa selama Ramadhan karena pembatasan agama yang diberlakukan Pemerintah China. Banyak pegawai negeri, siswa, ataupun guru Muslim yang harus dilarang melaksanakan ibadah selama bulan suci tersebut.

Di daerah tertentu di XUAR, pihak berwenang membatasi akses ke mesjid. Restoran diperintahkan tetap buka dan warga yang berusia lanjut sering dipaksa menunjukkan bahwa mereka tidak melaksanakan puasa maupun ibadah lainya selama Ramadhan, sebagai contoh untuk komunitas Uighur secara menyeluruh.

Dilansir dari RFA, pada Ramadhan tahun lalu, di prekfektur Kashgar, sebuah wilayah dengan 83 persen populasi Uighur, penduduk dapat menghadapi hukuman karena berpuasa.

Salah satu hukumanya adalah mereka akan dikirim ke kamp interniran XUAR, di mana pihak berwenang China diyakini telah menahan hingga 1,8 juta warga etnis minoritas Muslim sejak April 2017.

Namun dalam laporan terbaru, seorang petugas polisi di Toqquzaq, salah satu bagian XUAR, mengatakan membawa pembatasan puasa telah dikurangi di wilayah itu sejak 2020 setelah dilarang keras selama tiga tahun berturut-turut. Namun, pertemuan publik untuk menyampaikan apa saja yang harus mereka lakukan selama Ramadhan masih digelar.

Di antara pembahasan dalam pertemuan itu adalah agar warga Muslim menjauh dari ekstrimisme agama. Mereka juga diminta untuk tidak mempercayai rumor, tetapi meyakini partai dan pemerintah yang berkuasa di China.

Warga di Xuar telah diberi tahu bahwa mereka dapat melaksanakan puasa jika mau . Sementara, mereka yang memilih uuntuk tidak memiliki tanggung jawab agama masing-masing.

“Tidak apa-apa bagi orang-orang untuk menjalankan agama di tempat yang sah di mana kegiatan keagamaan diperbolehkan, dan bahwa kami tidak pernah membatasi apa pun,” ujar petugas polisi tersebut.

Menurut petugas polisi tersebut, pembatasan puasa dan kegiatan ibadah lainya selama Ramadhan sangat ketat dilakukan selama tiga tahun berturut-turut yang dimulai pada 2017.

Sebelumnya, terdapat insiden yang diduga terpengaruh ekstrimis religious, di mana restoran di seluruh wilayah XUAR ditutup sepenuhnya selama bulan suci ramadhan, dan hampir 100 persen orang berpuasa, yang bagi Pemerintah China dinilai sebagai ancaman besar bagi keamanan nasional.